Photobucket

Selasa, 29 April 2008

SEJARAH BEM KM UNDIP UNIVERSITAS DIPONEGORO

Mei 1998, ketika semua elemen korektif bangsa ini mandul, mahasiswa mengambil alih perubahan. Dalam hitungan waktu hegemoni kekuaasaan represif dapat ditumbangkan. Ketika itu, gerbang perusahaan terbentang, geliat kebangkitan mengusung kata reformasi mengalir bagai banjir bandang. Akhirnya, catatan besar ditorehkan mahasiswa. Hari ini masyarakat bisa merasakan atmosfir perubahannya.

Sesungguhnya generasi muda memiliki peran dalam perjuangan pembangunan bangsa dan Negara yang mencita-citakan kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan yang diridhoi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.Karakter sebagai insan terdidik yang memiliki perilaku moral etis yang tertanam kuat dalam pribadi mahasiswa tidak hanya akan mengembangkan kehidupan kemahasiswaan, tapi juga menumbuhkembangkan kampus dan masyarakat dan masyarakat madani.

Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Diponegoro sebagai entitas sumber daya intelektual menyadari sepenuhnya, bahwa peran mahasiswa sangat strategis dalam menentukan nasib bangsa. Bertahun-tahun BEM UNDIP tampil dengan segala kekurangan dan kelebihannya untuk dapat membawa perbaikan bagi kondisi kampus, Kota Semarang, Jawa Tengah dan Negara ini. Lembar demi lembar catatan perjalanan BEM KM UNDIP terasa begitu kental dengan nuansa perjuangan dan pengabdian.

Catatan berawal dari a agar mahasiswa memiliki lembaga eksekutif yang lepas dari bayangan praktik sadis NKK/BKK. Mahasiswa ingin berapresiasi lebih, agar lembaga tersebut nantinya benar-benar merupakan student government yang memiliki bargaining tinggi, lepas dari structural kampus. Mahasiswa menginginkan agar darah juang mereka dapat mengalir deras memenuhi ruang-ruang kosong “ketidak adilan”. Sehingga akhirnya di tahun 1999 Badan Eksekutif Mahasiswa pertama di UNDIP berhasil didirikan.

Nama Fris Dwi Yulianto terletak paling atas dalam susunan kabinetnya, terpilih dengan mekanisme pemilihan langsung. Di tahun ini terbentuk Kongres Mahasiswa sebagai lembaga tertinggi tingkat Universitas. Dan pada tahun ini pula kepemimpinan Fris diakhiri dengan mekanisme impeachment. Pasca itu, terbentuk BEM transisi yang terdiri dari beberapa elemen gerakan mahasiswa. Selanjutnya oleh konstitusi yang dibuat Senat Mahasiswa Universitas (SM), sistem kepartaian digunakan dalam PEMIRA Universitas.

Melalui PEMIRA dengan menggunakan system kepartaian yang pertama kali, ketidakstabilan politik kampus sangat terasa. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya kekosongan kekuasaan eksekutif. Konflik terjadi berlarut-larut sehingga rector terpaksa membekukan Badan Eksekutif Mahasiswa. Sehingga praktis fungsi-fungsi eksekutif pada saat itu diambil oleh senat.

Setelah kevakuman BEM KM UNDIP selama hampir 1,5 tahun melalui PEMIRA 2003 dengan system kepartaian untuk kedua kalinya dapat menempatkan saudara Handoyo Prihatanto sebagai Presiden BEM UNDIP. Pada masa kepemimpinan Handoyo, BEM mengalami masa-masa sulit untuk bangkit mulai dari nol. Tuntutan masyarakat terhadap BEM KM UNDIP pun semakin besar. BEM KM UNDIP mau tidak mau, suka tidak suka dianggap sebagai poros gerakan mahasiswa Jawa Tengah. Sehingga pada masa itu titik tekannya adalah bagaimana menbangun bargaining position BEM UNDIP terhadap masyaakat kampus, Semarang dan Jawa Tengah. Pembentukan jaringan juga menjadi fokus kerja BEM masa itu.

Tahun 2004 PEMIRA UNDIP berhasil dilaksanakan, dan Aris Fajar Rokhani terpilih sebagai Presiden BEM KM UNDIP menggantikan Handoyo. Pada masa ini, pengokohan lembaga menjadi target utama kabinet BEM KM UNDIP. BEM yang dikomandani oleh Aris Fajar, melalui aktivitasnya ditujukan kepada pelibatan mahasiswa secara umum yang cukup massif dan pembangunan hubungan koordinasi yang baik dengan lembaga-lembaga fakultas.

Tahun 2005, melalui PEMIRA terpilih saudara Eko Susanto menjadi Presiden BEM KM UNDIP. Tahun 2006 terpilih presiden BEM UNDIP untuk periode 2006 yaitu saudara Muhammad Taufan. Dengan periode kepengurusan yang tergolong singkat dari bulan Agustus sampai dengan Desember 2006, BEM UNDIP di bawah kepengurusan saudara Taufan mengusung visi “Menjadikan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Diponegoro sebagai akselerator transformasi gerakan mahasiswa menuju masa depan Indonesia yang lebih baik”. Tahun 2007 PEMIRA UNDIP berhasil dilaksanakan dengan menempatkan Budi Setyawan sebagai Presiden BEM KM UNDIP 2007, dengan mottonya “Kontribusi Tiada Henti”.

Dan pada akhir tahun 2007 dilaksanakan PEMIRA Undip yang mengantarkan Aryanto Nugroho, mahasiswa jurusan ilmu pemerintahan FISIP sebagai presiden BEM KM Undip periode 2008. kepengurusan BEM KM Undip 2008 tahun ini mengusung motto ”ASIK” yang berarti Aspiratif, Sinergis, integritas, kontributif. Tantangan BEM KM undip 2008 ke depan sangat besar bersamaan dengan adanya isu liberalisasi pendidikan sekaligus menyongsong 1 abad kebangkitan nasional dan 1 dekade reformasi.




0 komentar:

Photobucket

Free chat widget @ ShoutMix


Template by Abdul Munir | Blog - Layout4all